CumaCerita - Setiap orang pasti
ingin memiliki prestasi, baik dibidang akademik maupun non akademik. Namun
prestasi tidak bisa begitu saja dapat dicapai, prestasi dapat dicapai dengan
mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan spritual serta ketahanan diri
dalam menghadapi situasi di segala aspek kehidupan.
Begitu pulalah yang
dialami oleh M. Haris Nasution. Mahasiswa yang kini duduk di semester VIII Ilmu
Komunikasi USU ini, berusaha untuk terus mendapatkan prestasi non akademik tanpa harus mengenyampingkan kuliahnya. Karena
banginya ” kuliah is number one”. Hal ini dapat terlihat dari IPK nya
yang menembus 3,4. Meskipun belum mendapat predikat cumlaude, pria yang
berkeinginan bekerja di salah satu TV
swasta nasional ini cukup puas dengan nilai yang di dapatnya.
Karena baginya tujuan
pendidikan tidak hanya untuk mengejar predikat cumlaude, tapi lebih
kepada bagaimana mampu mengaplikasikan teori yang di dapat semasa kuliah agar lebih bernilai dan bermanfaat.
Oleh karenanya, ia berusaha untuk terus mengukir prestasi semasa dibangku
perkuliahannya.
Pada tahun 2013, Haris
terpilih menjadi salah satu penyiar di radio kampus. Ditahun berikutnya ia
mulai memberanikan diri mengikuti perlombaan demi mengembangkan bakatnya, ia pun
berhasil meraih juara 3 dalam Sonya Presenter Hunt, yaitu ajang
pencarian penyiar berbakat yang diadakan
oleh radi Sonya Fm. Ini merupakan prestasi yang tidak mudah ia raih, setelah
dirinya mulai serius untuk menggeluti dunia siaran. Banyak kesulitan yang ia
hadapi saat pertama kali menjadi penyiar
radio. Haris yang ditemui disela sela kesibukannya menuturkan ia sempat
diragukan karena jenis suaranya yang
cempreng menurut istilah orang Medan. Bahkan ia dianjurkan merokok agar
suaranya lebih berat. Namun ia menolak, dan ia meyakini bahwa suaranya bisa
lebih baik tanpa harus merokok. Menjadi juara 3 dalam Sonya Presenter Hunt,
menjadi bukti bahwa Haris tak main-main dalam menggeluti bidang ini.
Selain sebagai penyiar
radio, Haris juga membuktikan bahwa dirinya mampu berprestasi dalam bidang lain.
Pada tahun 2015, ia berhasil menjadi juara pertama Live Reporting Dies
Natalis Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan (STIK-P). Ini membuktikan bahwa ia memiliki
keahlian dan mampu mengaplikasikan teori
yang di dapatnya di bangku perkuliahan. Sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi,
Haris sadar bahwa ia harus memiliki kemampuan dalam bidang live reporting.
Hal inilah yang mengantarkannya berani mengikuti kompetisi. Belum merasa puas
dengan prestasi yang didapatnya, ia pun kembali
mengikuti kompetisi Live Reporting
Pesta Komunikasi yang diadakan oleh Ilmu
Komunikasi FISIP UMSU 2015.
Dalam kompetisi ini, pun
ia berhasil meraih juara pertama. Ia kembali membuktikan kemampuannya dalam bidang
ini. Masih di tahun yang sama, ia kembali meraih juara 3 dalam kompetisi Live Reporting Mahasiswa se-Sumatera
Utara yang diadakan oleh UIN SU.
Menjadi seorang live reporter tentu
bukan hal mudah. Live reporter dituntut untuk memiliki kesigapan, kepercayaan
diri dan yang paling penting adalah kecakapan berkomunikasi. Seorang live
reporter harus mampu berkomunikasi dengan baik, dan menyampaikan pesan
dengan jelas sehingga informasi yang disampaikan akan dapat dimengerti oleh
khalayak. Dengan beberapa prestasi tersebut, Haris membuktikan bahwa ia mampu menjadi seorang live
reporter yang baik dan berkompeten. Meskipun prestasi yang di dapat masih bersifat
lokal, tetapi Haris dapat dijadikan panutan generasi muda, khususnya anak muda
Medan. (cumamedan/rls)