CumaCerita - Di
era yang semakin berkembang seperti saat ini, tidak banyak anak muda yang
memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Doni Latuparisa adalah salah
satu pemuda yang peduli akan hal tersebut. Di tengah hancurnya lingkungan yang
disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab seperti menebang
hutan bakau, Doni sebagai generasi penerus bangsa mencoba membangun semangat
para anak muda lainnya agar ikut peduli terhadap lingkungan sekitar terutama
terkait masalah hutan bakau atau yang biasa dikenal dengan hutan mangrove,
dengan mendirikan sebuah komunitas peduli hutan mangrove di Kota Medan.
Komunitas tersebut bernama KeMANGTEER yang merupakan
singkatan dari Kesemat Mangrove Volunteer. Sebelumnya,
KeMANGTEER sendiri telah terbentuk di beberapa kota di Indonesia, seperti
Jakarta, Semarang, Malang, Yogyakarta, Tangerang, Serang, dan Langsa.
KeMANGTEER
adalah sebuah komunitas sukarelawan mangrove yang memiliki visi dan misi untuk
mengkampanyekan mangrove ke seluruh lapisan masyarakat, sebagai sebuah gaya
hidup, baik di dalam maupun di luar negeri.
KeMANGTEER dapat menjadi wadah terbuka bagi siapa saja yang peduli terhadap
mangrove dan tempat menyalurkan jiwa-jiwa peduli mangrove dari masyarakat
Indonesia, yang mungkin belum tersalurkan di daerahnya masing-masing.
Tidak
banyak yang tahu bahwa hutan bakau (hutan Mangrove) memiliki banyak manfaat
khususnya bagi penduduk pesisir, seperti mencegah erosi dan abrasi pantai,
sebagai pencegah dan penyaring alami, dan sebagai tempat hidup maupun sumber
makanan bagi beberapa jenis satwa. Hutan mangrove di Indonesia kini tidak luput
dari permasalahan lingkungan. Akibat pengelolaan yang buruk, ekosistem hutan
mangrove di pesisir pantai terancam punah. Karena itulah, Doni bersama
dengan keenam temannya akhirnya membentuk komunitas KeMANGTEER tersebut pada
tanggal 14 April 2014 dan di resmikan secara sah
pada tanggal 25 Mei 2014.
"Kita bentuk
karena mengingat kondisi mangrove di pantai timur Sumatera Utara yang perlu
untuk di tetap lestarikan dan tetap dijaga, karena banyak manfaatnya. Berdasarkan
data Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara, kini hutan mangrove di Sumatera
Utara tersisa 10% saja dan lainnya sudah rusak," jelas Doni ketika
ditanyai alasan mereka membentuk komunitas tersebut.
Selain
menjadi pendiri KeMANGTEER MEDAN, saat ini Doni juga dipercaya untuk menjadi
Sekrearis Jenderal KeMANGTEER Indonesia periode 2015/2016. Kepeduliannya
terhadap lingkungan tersebut juga membuahkan prestasi yang cukup membanggakan
bagi Doni, baik yang berskala lokal maupun nasional, seperti Perwakilan
Sumatera Utara dalam ajang HiLo Green Leader 2015 dan menjadi Fasilitator FGD
Urban Inequity UN Habitat 2016.
Selain mendirikan
komunitas peduli hutan mangrove, Doni juga aktif dalam kegiatan organisasi
lain, seperti organisasi Mahasiswa Hijau Indonesia Sumut, Himpunan Mahasiswa
Islam FISIP USU, PEMA FISIP USU, dan Mahasiswa Gandrung Cinema. Meskipun aktif
dalam berbagai macam organisasi, lelaki kelahiran Stabat 7 Juni 1993 ini tidak
menomor duakan pendidikannya. Terbukti dari berhasilnya Doni meraih gelar
sarjana pada awal tahun 2016 ini. Saat ini Doni tengah disibukkan dengan
kegiatannya di organisasi Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI) WALHI SUMUT sebagai
sekretaris umum.
Doni berharap kepedulian terhadap lingkungan akan
terus tumbuh di masyarakat khususnya pemuda di Kota Medan. Bentuk kecintaan
terhadap lingkungan bisa seperti membiasakan membuang sampah pada tempatnya,
hemat energi, bijak menggunaan air, dan kebiasaaan-kebiasaan lainnya yang mudah
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Let’s Go Green Lifetyle ! (cumamedan/rls)