Oleh: Mhd May Fazri
CumaCerita - 4
dari 10 mahasiswa mengetahui apa itu Kelas Inspirasi. Dan 1 dari 4 mahasiswa
tersebut pernah mengikuti kegiatannya. Namanya Bernika Nur Arasy yang sering
disapa setiap temannya dengan sebutan Aras.
Dia
adalah seorang mahasiswi tingkat akhir yang senang dengan dunia web, film, dan
animasi. Semenjak semester 3 ia sudah fokus dengan yang namanya dunia film.
Tidak hanya itu, kegiatannya sekarang mengikuti berbagai komunitas yang
berhubungan dengan foto dan film.
Dengan
kemahiran yang telah ia tekuni selama ini, ia pernah mengikuti sebuah kegiatan
yang diusung oleh Kelas Inspirasi. Kelas Inspirasi ini adalah sebuah pergerakan
yang bertujuan untuk menginspirasi murid SD, dengan cara mengundang para
profesional untuk menjadi penginspirasi, dan berbagi cerita tentang profesi
yang sedang mereka jalani.
Sebelumnya,
ia sudah mendengar tentang kegiatan Kelas Inspirasi ini, sejak pelaksanaan
kegiatannya pertama di Kota Medan pada tahun 2014. Namun, karena ia telat
mendaftarkan diri pada saat itu. Ia tidak bisa berpartisipasi untuk kegiatan Kelas
Inspirasi pertama.
Informasi
dari website resmi Kelas Inspirasi, bahwa Kelas Inspirasi sudah memulai
kegiatan sejak 25 April 2012, Bermula dari teman-teman Indonesia Mengajar dan
beberapa teman profesional yang ingin berkontribusi pada pendidikan Indonesia. Harapannya,
para siswa akan memiliki lebih banyak pilihan cita-cita serta menjadi lebih
termotivasi untuk memiliki mimpi yang besar.
Pada
kesempatan pelaksanaan Kelas Inpirasi Medan kedua, ia bisa ikut bergabung.
Kegiatan kedua yang ia ikutin ini dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2015. Ia
menuturkan dalam kegiatan tersebut dibagi beberapa tim. Ada tim fasilitator,
dokumentator, dan inspirator. Nah, untuk ia sendiri, bergabung dengan tim
dokumentasi.
Dalam
penyelenggara Kelas Inspirasi Medan yang kedua ini, yang terlibat banyak dari
mayoritas mahasiswa, komunitas sosial dan para professional dari Medan.
Nah,
niat awal dari ia mengikuti kegiatan ini adalah untuk menginspirasi anak-anak
SD supaya punya cita-cita, sebagai pengenalan profesi agar menumbuhkan rasa
ingin tahu, apalagi yang ia jalani adalah menjadi videographer, dengan itu ia
memberitahu tentang umumnya fungsi kamera, dan mencari pengalaman dalam hal sosial.
Untuk
SD yang dipilih sebagai tempat tujuan penempatan tim, sudah ditentukan oleh Kelas
Inspirasi, sesuai dengan sekolah yang tingkat pendidikannya rendah dan butuh
mendapat perhatian. Pada saat itu ia mendapatkan penempatan lokasi di SD 066670
Seicanang Belawan.
Pengalaman
baru yang ia dapatkan di mulai dari sini. Pada saat awal memasuki lokasi
sekolah, ia melihat bangunan sekolah sudah layak untuk para siswa-siswi agar
belajar dengan baik. Aktivitas belajar juga sedang berjalan, namun ia kaget
melihat kondisi murid dan gurunya serta lingkungan sekitar sekolah. Menurut
pengamatannya siswa-siswi di SD tersebut masih minim pengetahuan baik itu
akademis maupun non akademis, istilahnya mereka masih “buta” dengan dunia luar.
Lingkungan sekitar sekolah juga terpantau kumuh, dan melihat dalam satu kelas
hanya ada satu guru yang mengajar semua mata pelajaran.
Terlintas
dalam pikirannya, kenapa bisa terjadi perbedaan pendidikan antar sekolah yang ada
di Kota Medan. Apakah yang salah sistem pengajaran yang dibawakan, atau karena
lingkungan tempat yang kurang perhatian dari pemerintah terkait dalam bidang
pendidikan? Atau juga karena pengalaman dari seorang pengajar?
Ia
mulai memasuki sekolah bersama para tim dan memulai persiapan. Tim Kelas
Inspirasi yang bertugas sebagai Inspirator Profesional, ada 10 orang yang
memiliki profesi berbeda di bidang masing-masing. Di antaranya Halim Simatupang
berprofesi sebagai dosen, Dedi Iskandar Batubara berprofesi sebagai DPD/MPR RI,
Cahyo Pranomo berprofesi sebagai Direktur,Yusriwiati Yose berprofesi sebagai
Staff USAID, Masrina berprofesi sebagai Staff Kemahasiswaan, Popy Ayu Afsari berprofesi sebagai Founder dan
Owner Jollifille Indonesia, Restiana Simorangkir berprofesi di Rumah Sakit Umum
Bunda Thamrin, Nisa Manopo, Eko Purwanto profesi sebagai webmedia training
center, dan terakhir Tuti profesi sebagai Entrepreneur. Tim dibagi untuk 7
kelas dengan total murid 349 siswa.
Saat
tim memasuki lokasi, dan para inspirator mulai memasuki tempat dan berbagi
pengalamnya, para siswa terlihat sangat antusias. Saat di mulai kegiatan Aras
bertugas merekam segala kegiatan yang sedang berlangsung. Walaupun ia hanya
menjadi bagian tim dokumentasi, melihat para siswa SD yang memperhatikan
Inpirator yang sedang menjelaskan tentang profesi, membuatnya kagum, betapa
bahagianya melihat wajah dari anak-anak SD tersebut bersemangat, seperti tumbuh
harapan bagi mereka untuk meraih masa depan yang cerah.
Tantangan
sendiri menurutnya pada keberlangsungan kegiatan pada saat itu adalah,
bagaimana bisa mengonsep dengan baik dalam mengemas gambar agar lebih dapat
bercerita. Dan membuat orang yang melihatnya akan terkesima, melihat semangat
dari anak-anak SD di 066670 ini dengan setitik harapan menuju masa depan yang
cerah.
Saat
Aras sedang mengabadikan momen-momen yang sedang berlangsung, ada seorang murid
dari peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, yang mengalihkan perhatiannya.
Lalu murid itu mengatakan sesuatu ke padanya, “kak, aku ingin sekali menjadi
seperti kakak, aku pengen jadi videographer kayak kakak,” dengan nada sendu
seperti tidak ada harapan karena anak tersebut berasal dari keluarga tidak
mampu. Anak itu juga berkata “Orang tua ku juga tidak akan bisa membelikan
barang barang mahal seperti kamera kakak.” Dan saat itu juga ia duduk disebelah
anak tersebut dengan nada bersemangat. Dan ia mengatakan, “kamu harus
bercita-cita, belajarlah dengan tekun dek dan jadilah anak yang pintar. Pasti
suatu saat kamu bisa mencapai semua keinginanmu.”
Setelah
para inspirator selesai dengan kegiatannya, Aras mulai berbaur dengan para
anak-anak SD tersebut, dan menunjukkan bagaimana cara menggunakan kamera.
Anak-anak tersebut terlihat sangat antusias sekali, dengan mengkrumuninya,
saling berebutan karena rasa ingin tahu mereka yang sangat tinggi.
Aras
sangat bersemangat sekali mengajarkan anak-anak tersebut, walaupun hanya
memperkenalkan bagian-bagian dari sebuah kamera dan fungsinya. Beberapa murid
juga memperaktekkan cara menggunakan kamera dengan tuntunan darinya.
Waktu
berlalu seperti sangat cepat baginya, tanpa terasa kegiatan sudah usai. Dari
kegiatan Kelas Inspirasi ini ia mendapatkan sebuah pelajaran hidup, dimana
tidak ada ruginya kita berbagi pengetahuan kepada generasi muda. Ada sebuah
kepuasan melihat anak-anak tersebut punya kesadaran dalam membentuk
cita-citanya dan membuat mereka, untuk selalu belajar agar mengetahui hal-hal
baru.
Ia
juga berpesan untuk para mahasiswa lainnya, mulailah peduli dengan generasi
muda. Ikut sertakan lah diri jika memang mampu, karena tidak hanya peran
seorang guru yang mengajar pengetahuan, orang tua yang selalu memotivasi, namun
seorang mahasiswa juga bisa ikut serta dalam membuka wawasan baru, bagi
generasi muda yang akses dunia informasinya masih terbatas.
Tidak
hanya lewat kegiatan Kelas Inspirasi ini, mungkin kegiatan serupa yang dibuat
sendiri dari perkumpulan tertentu juga bisa, semua tergantung pribadi kita
masing-masing. Satu hal lagi, dengan berbagi ilmu dan berbagi pengalaman pasti
hidup kita lebih berguna, ditambah kita bisa menginspirasi dan membuka wawasan
baru kepada anak-anak generasi muda.