CumaLifeStyle - Sepanduk
biru bertuliskan informasi untuk mengingatkan seluruh masyarakat Kota Medan
agar menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Walikota dan wakil Walikota Medan
pada 9 Desember 2015, sudah terpasang di berbagai titik jalan. Salah satunya
yang sudah terpasang di antara pohon yang dilalui pengendara, di daerah Jalan
Halat Medan tepatnya di depan Pajak Halat.
Tidak
lagi seperti perjuangan pemudah masa lalu, para pejuang muda yang melawan
penjajah dengan segenap tumpah darah, menyatukan segala perbedaan yang ada
dalam merebutkan kebebasan Negara Republik Indonesia dari para penjajah.
Berbeda dengan pemuda abad ke-20, yang harus berjuang melawan keegoisan diri
sendiri dan mengikuti perkemabangan teknologi yang begitu cepat.
Para
pemuda yang menjadi tingkatan tertinggi dalam pendidikan yakni mahasiswa,
memiliki pendapat masing-masing dan hak pilihnya menjadi penentu. Melihat dari
perjalanan pemerintahan selama ini di Kota Medan cukup terpuruk, ditinjau dari
kasus terakhir yang menimpa Gubernur Sumatera Utara non aktif yang diperiksa
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Apakah Pemuda-pemudi masih akan
memberikan suaranya dalam pemilihan Walikota beserta wakilnya nanti?
Mahasiswi
berkacamata dengan menggunakan hijab putihya Rahmayani (21), merupakan
mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan sekretaris mengatakan bahwa
iya akan menggunakan hak pilihnya nanti. “Iya dong, aku pastinya akan gunakan
hak suara aku, karena setiap orang punya pilihan terbaik,” ungkapnya.
Ia
menambahkan, melihat ada salah satu calon Walikota Medan yang kembali
mencalonkan diri ia berpendapat bahwa kerja dari calon yang menjabat tersebut
masih belum maksimal. “Kalo menurutku, bapak yang mencalonkan diri lagi itu,
selama menjabat jadi walikota kerjanya belum nyata,” tambahnya.
Senada
dengan yang diungkapkan oleh Rahmayani, Mei Syarah (21), yang juga merupakan
mahasiswi USU jurusan sastra, mengungkapkan bahwa dalam momen menuju pemilihan
pada saat ini, diharapkan calon Walikota Medan yang terpilih nanti dapat
memperhatikan soal alokasi dana. “kalau yang aku harapin, kedepannya untuk walikota
yang akan terpilih nanti dapat memperhatikan tentang alokasi dana seperti dana
pendidikan, dana kesehatan, dana lingkungan untuk menata ulang tatanan kota,
kalau bisa taman diperbanyak,” ungkapnya dengan tegas.
Mei
menjelaskan, melihat walikota lama mencalonkan diri kembali menurutnya sah-sah
saja, asalkan visi dan misinya yang jelas untuk memajukan Kota Medan, dan tidak
mengumbar janji. “siapapun pemimpinnya asalkan bisa adil dan transparan,”
ungkapnya.
Ia
menambahkan, bahwa semua masyarakat Kota Medan tahu dengan kepemimpinan
gubernur yang sudah dua kali menyelewengkan alokasi dana. “Ini kan bisa jadi
perhatian keras untuk calon Walikota Medan, toh sama sama duduk di bangku
pemerintah,” tambahnya.
Berbeda
dengan Musari Gunawan (22), pria dengan paras kurus yang sering nongkrong di
warnet, pemuda Kota Medan ini seharinya berkegiatan mengerjakan proyek
pembangunan, ia mengaku tidak mendapat informasi sosialisasi mengenai pemilihan
walikota beserta wakilnya. “untuk pemilihan walikota kali ini, aku ga tau lah.
Sosialisasi aja tidak tahu, visi misinya juga aku tidak tahu,” ungkapnya.
Sama
seperti musari, Arigato Hutabarat (25), pemuda yang berprofesi sebagai dokter
gigi ini, mengaku tidak tahu tentang sosialisasi dan tidak mengetahui calon walikota
dan wakilnya yang akan maju nanti. “memang aku tidak tahu dengan calon yang
akan maju nanti, tapi aku akan memberikan suara ku untuk memilih, karena ini
kewajiban,” ungkapnya.
Dari
beberapa pendapat pemuda Kota Medan tersebut, sebagian besar dari mereka masih
mau untuk menggunakan hak suara mereka. Harapan-harapan yang mereka sampaikan
harusnya menjadi perhatian penting untuk calon walikota dan wakilnya yang akan
maju. Karena saat ini mereka masih percaya dengan pemimpin yang pastinya sudah
menjadi pilihan dan sesuai kapasitasnya. Dan pesan untuk calon Walikota dan
wakil Walikota Medan yang baru “jangan merusak kepercayaan para pemuda-pemudi
Kota Medan”. (cumamedan/may)