Kulit sawo matang, rambut sebahu, hobbi
mengenakan kaos dan sepatu kets. Namanya Afra. Ia dan teman-temannya antusias
mengikuti diskusi kali ini, dengan berbagi pengetahuan dari apa yang ia baca
bahwa film dokumenter adalah kehidupan nyata yang ada di masyarakat.
Teman-teman yang lain menunjukkan kebingungan, keehidupan yang seperti apa?
Begitulah pertanyaan di kepala mereka.
Ini minggu kedua diskusi Balai
Kreatif yang membahas tentang
film dokumenter. Sebelumnya, peserta ditugaskan untuk menonton satu film dokumenter sebagai
bahan refrensi diskusi. Dimulai dengan pengetahuan masing-masing, disimpulkan bahwa film dokumenter
adalah kisah nyata di masyarakat yang dimasukkan kedalam audio visual (gambar) dengan melakukan riset yang cukup kuat untuk
pembuatan filmnya. Permasalahan
apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini, apa yang mereka rasakan,
apa harapan mereka, dan lain-lainnya. Sebagai contoh, dengan kehidupan anak
kecil sekarang yang intens bermain games di internet daripada memainkan
permainan tradisional. Ini dapat menjadi ide cerita yang menarik dengan adanya
riset untuk menguatkan data. Agar masyarakat yang menonton tahu bahwa permainan
tradisional ternyata dapat meningkatkan kreativitas mereka.
Dari 15 peserta yang hadir hanya 4 orang
yang menonton film dokumenter yaitu, film pariwisata Sumatera Barat, film
biografi slank, Indonesia bukan negara islam dan Presiden republik abu-abu.
Dari film-film yang ditonton peserta belajar tentang apa yang disampaikan si
sutradara kepada penonton. Jika kita ingin membuat satu film dokumenter lakukan
riset dengan baik. Film dokumenter adalah reka nyata kehidupan disekeliling
kita yang kita suguhkan melalui gambar.
“Film
bukanlah produksi rumahan biasa tetapi memberi ide cerita yang menarik untuk
mendidik masyarakat” Lukman Sardi
Salam berkarya.
(Ka & MF)
(Ka & MF)
Tags
CumaKomunitas